Minggu, 31 Maret 2013

MODEL AGENDA SETTING


TUGAS MATA KULIAH OPINI PUBLIK
NAMA KELOMPOK :
DITA ANISAH. S (111100073)
NURINDAH. M (111100051)
YUGI SUGIATO (111100056)
M. ARIF SUDRAJAT (111100070)

A. MODEL AGENDA SETTING
Teori Agenda Setting ditemukan oleh McComb dan Donald L. Shaw sekitar 1968. Teori ini berasumsi bahwa media mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk mempengaruhi agenda publik. Teori Agenda Setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang menganggap bahwa media mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi rakyat. Agenda Setting memfokuskan pada kesadaran dan pengetahuan (kognitif). Teori ini akhirnya berkembang dan banyak riset dilakukan untuk membuktikan hipotesis teori ini. Pada awal perkembangannya, riset agenda setting lebih banyak murni kuantitatif. Konsep-konsep seperti agenda media dan agenda publik, dalam tradisi kuantitatif dioperasionalkansebagai susunan urutan isu-isu yang diberitakan media massa dan susunan isu-isu yang dianggap penting di masyarakat, sehingga bisa diukur secara kuantitatif. Namun dalam perkembangannya, agenda setting digabung dan dilengkapi dengan studi kualitatif, baik sebagai pelengkap studi awal, analisis prosesnya maupun efek lanjutan.
Stephen W. Littlejohn & Karen Foss (2005:280) mengutip Rogers & Dearing mengatakan bahwa fungsi agenda setting merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian.
1. Agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media.
2. Agenda media dalam beberapa hal memengaruhi dan berinteraksi dengan agenda publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya mempengaruhi agenda kebijakan.
3. Agenda kebijakan publik (policy) adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting atau pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik.
Werner Severin & James W. Tankard dalam buku Communication Theories, Origins, Methods, Uses in the Mass Media (2005) menyampaikan dimensi-dimensi tiga agenda diatas, yaitu:
1. Agenda Media
a.       Visibilitas (visibility), yaitu jumlah dan tingkat menonjolnya berita.
b.      Tingkat menonjol bagi khalayak (audiende salience), yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
c.       Valensi (valence), yakni menyenangkan atau tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu pristiwa.
Mengukur Agenda Media, variabel media massa diukur melalui analisis isi kuantitatif. Analisis ini untuk menentukan rangking berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang), penonjolan tema berita (ukuran headline, penempatan dan frekuensinya), konflik (cara penyajiannya).
2. Agenda Publik
a.       Keakraban (familiarity), yakni derajat kesadaran khalayak akan topic tertentu.
b.      Penonjolan pribadi (personal salience), yakni relevansi kepentingan individu dengan cirri pribadi
c.       Kesenangan (favorability), yakni pertimbangan senang atau tidak senang akan topic berita.
Variable agenda publik dapat diukur melalui beberapa cara:
·         Dengan meminta self-report khalayak tentang topic-topik apa yang dianggap penting oleh responden baik itu berdasarkan komunikasi intrapersonal atau berdasarkan komunikasi interpersonal responden.
·         Responden diminta mengisi isu-isu apa yang penting kedlam daftar isu-isu (topic-topik) yang disediakan peneliti.
·         Variasi dari kedua teknik diatas. Responden diberikan daftar topic yang diseleksi peneliti dan responden dimintai membuat urutan ranking mengenai penting tidaknya isu menurut persepsi responden.
·         Paired-comparisson (berpasangan-perbandingan). Setiap isu yang diseleksi sebelumnya dipasangkan dengan setiap isu yang lain dan responden diminta mengenal setiap pasang dan mengidentifikasi isu mana yang lebih penting.
·         Sedangkan variable antara dan efek lanjutan ini adalah variable yang berpotensi mempengaruhi agenda publik.
Dari perspektif agenda publik adalah sebagai berikut: faktor perbedaan individual; faktor perbedaan media; faktor perbedaan isu; faktor perbedaan salience; faktor perbedaan kultural.
1. Perbedaan individual, pengaruh agenda setting akan meningkat pada diri individu yang memberikan perhatian lebih terhadap isu-isu yang disajikan oleh media massa. Bukti-bukti empirik menunjukkan bahwa perhatian individu terhadap isi media dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, luas pengalaman, kepentingan, perbedaan ciri demografis, sosiologis.  
Bukti-bukti eksperimental (Iynenger & Kinder, dalam Haryanto:2003) menunjukkan bahwa efek agenda setting akan meningkat pada individu-individu yang memberikan perhatian lebih terhadap isu-isu yang dikaji, sedangkan intensitas perhatian sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan derajat kepentingannya.
2. Perbedaan media, yang dimaksudkan disini adalah perbedaan coverage media yang ada pada komunitas, kelompok masyarakat, wilayah atau negara tertentu. Diyakini bahwa sekalipun ada kecenderungan uniformitas dalam menyiarkan berita (isu), namun beberapa media tertentu memberikan tekanan dan porsi yang berbeda dalam menyiarkan berita. Framing dan priming merupakan salah satu bukti akan hal ini. Tekanan dan porsi yang berbeda berpengaruh terhadap aseptibilitas agenda media di kalangan audiens. Ini  berarti bahwa media yang lebih diterima oleh audiens akan mempunyai efek agenda setting yang lebih besar. 
Penerimaan audiens terhadap media merupakan salah satu faktor yang bisa meningkatkan prestige media tersebut di kalangan audiens yang bersangkutan. Berkaitan dengan masalah ini, diasumsikan bahwa bila media mampu mengangkat prestige audiens maka efek agenda setting akan meningkat. Hal lain yang bisa mengangkat prestige media di kalangan audience adalah sirkulasi (nasional, internasional), segemen pasar (kelas menengah, atas, eksekutif).
3. Perbedaan isu, dilihat dari isinya, isu bisa berupa pengungkapan masalah yang sedang dihadapi oleh individu, kelompok, atau masyarakat, isu juga bisa berupa usulan solusi untuk memecahkan masalah. Masing-masing jenis isu mempunyai efek yang berbeda dalam proses agenda setting. Oleh karena itu, seharusnya diberikan pertimbangan khusus dalam penelitian agenda setting. Sedangkan dilihat dari jenisnya, isu bisa dibedakan sebagai berikut:
  • Obtrusive issues adalah isu-isu yang berkaitan langsung dengan pengetahuan dan pengalaman individu atau khlayak. Artinya, bahwa pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh khalayak tentang isu yang bersangkuatan bukan berasal dari media, akan tetapi sudah dimiliki sebelumnya. Sebaliknya, unobstrusive issues adalah isu-isu yang tidak berkaitan langsung dengan pengetahuan/pengalaman audiens. Bukti empirik menunjukkan bahwa efek agenda setting lebih besar ditemukan pada individu-individu yang mempunyai keterlibatan langsung dengan isu yang disiarkan.
  • Selective issues adalah isu-isu atau sejumlah isu yang dipilih secara khusus, dengan alasan tertentu kemudian diukur pengaruhnya pada khalayak tertentu. Pemilihan isu(sejumlah isu) bisa dilakuakan dengan melakukan analisa terhadap isi media massa, kemudian memilih sejumlah diantaranya yang dianggap lebih menonjol dibandingkan yang lain, atau bisa juga dengan cara mengambil topik-topik yang sedang menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat.
  • Remote issues adalah isu-isu yang sama sekali di luar individu, kelompok, atau masyarakat, baik secara geografis, psikologis, maupun politis. Bukti-bukti yang dikumpulkan untuk mengevaluasi pengaruh agenda setting berkaitan dengan remote issues masih bersifat debatable. Artinya, beberapa temuan menyebutkan bahwa remote issues mempunyai efek agenda setting lebih besar. Tetapi pada saat yang hampir bersamaan, temuan yang lain menyebutkan bahwa remote issues tidak memunyai efek sama sekali.
4. Perbedaan salience, yaitu pemilihan isu berdasarkan perbedaan nilai kepentingan, dilihat dari sisi khalayak; apakah isu yang dipilih untuk menjangkau kepentingan sosial (komunitas yang lebih luas), kepentingan interpersonal (keluarga teman bergaul, tempat kerja, dsb.) ataukah kepentingan individu. Masing-masing pilihan, tentu saja, akan menimbulkan efek agenda setting yang berbeda. Oleh karena itu sangatlah bijaksana mempertimbangkan masalah ini dalam studi agenda setting.
5. Perbedaan kultural, setiap kelompok masyarakat akan menanggapi dan merespon isu yang sama secara berbeda, yang secara otomatis akan mempengaruhi efek agenda setting yang ditimbulkan. Teori norma budaya yang dikembangkan de Fleur (dalam Haryanto, 2003) menyebutkan bahwa pesan-pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa bisa menimbulkan kesan-kesan tertentu, yang oleh individu disesuaikan dengan norma-norma budaya yang berlaku pada masyarakat dimana individu itu tinggal. Sekalipun dipercaya bahwa media mampu membentuk dan merubah norma baru sebagai acuan hidup bagi kelompok masyarakat tertentu, namun bukti-bukti yang ditemukan belum sepenuhnya mendukung hipotesa tersebut. Bukti-bukti empirik yang paling kuat adalah media massa lebih mudah memperkokoh sistem budaya yang sudah berakar dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pengukuran efek agenda setting seharusnya mempertimbangkan dengan hati-hati sistem budaya yang dianut oleh individu, kelompok atau masyarakat.
3. Agenda Kebijakan
a.       Dukungan (support), yakni kegiatan menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.
b.      Kemungkinan kerugian (likehood of action), yakni kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c.       Kebebasan bertindak (freedom of action), yakni nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
Beberapa contoh rumusan permasalahan berdasarkan model Agenda Setting, antara lain:
·         Apakah agenda media mempengaruhi agenda publik?
·         Apakah ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan apa yang dianggap penting oleh khalayak terhadap isu-isu politik?
·         Bagaimana pengaruh kredibilitas media terhadap anggota publik?
·         Apakah ada hubungan antara agenda media dengan agenda politik terhadap pilihan pemilih pada pemilu?
·         Dan lainnya.
Contoh proses riset agenda setting :
Judul : Pengaruh Pemberitaan kompas terhadap pembacanya
Langkah-langkah risetnya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan permasalahan : ”Apakah Agenda Media memengaruhi Agenda publik?”
2. Menetukan Kerangka pemikiran (kerangka teori), menjawab permasalahan secara teoretis, outputnya adalah hipotesis teoritis,
Hipotesis Teoretis
Agenda Media memengaruhi Agenda publik
Definisi konseptual :
Agenda media : Isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media
Agenda publik : Isu-isu yang di nilai publik sebagai isu-isu yang penting
Issue                : Isu adalah kategori dalam isi media,baik komulasi dari berita-berita yang di muat secara berseri atau berita tunggal yang di muat mengenai peristiwa tertentu dimana mencakup konflik,prokontra publik atau sebuah situasi yang di anggap sebagai masalah oleh kelompok tertentu.
3. Menentukan metodologi,unit populasi,sampel,dan metodologi pengukuran

Definisi operasional :
Agenda Media : Rangking isu-isu yang di beritakan di kompas berdasarkan frekuensi pemberitaan mengenai isu-isu tersebut.
Agenda publik  : Rangking isu-isu yang dinilai penting oleh publik,berdasarkan presentase individu yang menyatakan bahwa isu-isu tersebut penting.
4. Merumuskan Hipotesis Riset :
“Semakin tinggi rangking suatu isu dalam pemberitaan kompas,semakin tinggi pula rangking isu yang bersangkutan dalam penilaian khalayak,sebaliknya semakin rendah rangking suatu isu dalam pemberitaan Kompas,Semakin rendah pula rangking isu yang bersangkutan dalam penilaian khlayak”.
5. Menentukan Metode pengumpulan Data :
Karena ada dua riset,yaitu analisi isi dan survei,maka terdapat pula dua metode pengumpulan data yang harus di lakukan yaitu dokumentasi(untuk mengukur agenda media ) dan survei khalayak kursioner (survei khalayak).
6. Menetukan metode Analisis :
Jelas riset ini menggunakan metode eksplantif,karena menjelaskan hubungan antaran minimal dua variabel

KESIMPULAN
Konsep mengenai agenda setting menjadi semakin kompleks. Studi agenda setting bukan hanya menguji hubungan antara agenda media dan agenda publik, akan tetapi mencakup bagaimana faktor-faktor eksternal mempengaruhi pemberitaan media, dan bagaimana faktor-faktor sosio-kultural mempengaruhi individu dalam memperhatikan, merespon, dan memahami isi pesan media massa.  







DAFTAR PUSTAKA
Krisyantono, Rachmat, 2006, Tekhnik Praktis Riset Komunikasi, : Kencana Prenada Media Group
Jalaluddin Rakhmat, 1994, PsikologiKomunikasi, Bandung: RemajaRosdakarya
Nurudin, 2003, Komunikasi Massa, Malang: CESPUR.
Denis McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: Erlangga

Sabtu, 23 Maret 2013


OPINI PUBLIK MENURUT BEBERAPA PARA AHLI :

1.    Cutlip dan Center (Sastropoetro, 1990:70) menyatakan bahwa opini publik adalah sejumlah akumulasi pendapat individual tentang suatu isu dalam pembicaraan secara terbuka dan berpengaruh terhadap sekelompok orang.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2186729-pengertian-opini-publik-menurut-para/#ixzz2OME6nytE

2.    Clyde , opini publik adalah penilaian sosial mengenai suatu masalah yang penting dan berarti, berdasarkan proses pertukaran-pertukaran yang sadar dan rasional oleh khalayaknya (Sumarno, 1990:19).

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2186729-pengertian-opini-publik-menurut-para/#ixzz2OMECyo6P

3.     (Sunarjo, 1984:32): (1) Opini publik merupakan persatuan pendapat (sintesa dari pendapat-pendapat orang banyak); (2) Sedikit banyaknya mendapat dukungan dari sejumlah orang; (3) Dalam opini publik orang menyatakan persetujuan atau tidak setuju terhadap gagasan atau terhadap suatu situasi, kejadian, atau peristiwa; (4). Opini publik merupakan kesatuan perasaan (emosi) dan akal, karenanya opini mudah berubah misalnya dari setuju menjadi tidak setuju; (5) Opini publik dapat dibentuk dan karena opini itu bukan suatu fakta maka belum tentu benar; (6) Opini publik mungkin sekali dilakukan dengan timbulnya suatu aksi, misalnya demonstrasi atau unjuk pendapat; (7) Tidak boleh dilupakan bahwa terbentuknya opini publik selalu memulai diskusi sosial.

Sumber: http://id.shvoong.com/social-sciences/communication-media-studies/2186729-pengertian-opini-publik-menurut-para/#ixzz2OMEO1dpS

4.    Cultip dan Center dalam sastropoetro (1987), opini adalah suatu ekspresi tentang sikap mengenai suatu masalah yang bersifat kontroversial 


5.      Leonard W. Doob yang sering dikutip oleh para ahli, mengemukakan : “Publik opinion refrs to people’s attitudes on an issue when they are members of the same sosial group”. Doob disini memberi tekanan kepada sikap (“attitude”) sebagai sesuatu yang bernilai psikologis terhadap sesuatu isyu, manakala mereka (dalam arti “people”) menjadi anggota dari kelompok sosial yang sama. Lalu Doob mempertanyakan, kelompok mana yang terlibat, isyu yang mana yang terlibat dan mengapa masyarakat memberi respon terhadap isu tersebut. http://fikom-jurnalistik.blogspot.com/2011/03/opini-publik.html

6.    Noelle Neumann ( 1984 ) mendifinisikan opini public sebagai berikut, opini public adalah sikap atau tingkah laku yang ditunjukkan seseorang kepada khalayak jika ia tidak ingin dirinya terisolasi, dalam hal issue kontroversial , opini public adalah sikap yang ditunjukkan seseorang kepada khalayak tanpa harus membahayakan dirinya sendiri yaitu beruoa pengucilan.
Sumber : Morisan. MA . Manajemen Public Relations. 2008.Kencana Prenada Media Group. Jakarta