TUGAS MATA KULIAH OPINI PUBLIK
NAMA
KELOMPOK :
DITA
ANISAH. S (111100073)
NURINDAH.
M (111100051)
YUGI
SUGIATO (111100056)
M.
ARIF SUDRAJAT (111100070)
A. MODEL AGENDA SETTING
Teori Agenda Setting ditemukan oleh
McComb dan Donald L. Shaw sekitar 1968. Teori ini berasumsi bahwa media
mempunyai kemampuan mentransfer isu untuk mempengaruhi agenda publik. Teori Agenda
Setting mempunyai kesamaan dengan teori peluru yang menganggap bahwa media
mempunyai kekuatan untuk mempengaruhi rakyat. Agenda Setting memfokuskan pada
kesadaran dan pengetahuan (kognitif). Teori ini akhirnya berkembang dan banyak
riset dilakukan untuk membuktikan hipotesis teori ini. Pada awal
perkembangannya, riset agenda setting lebih banyak murni kuantitatif.
Konsep-konsep seperti agenda media dan agenda publik, dalam tradisi kuantitatif
dioperasionalkansebagai susunan urutan isu-isu yang diberitakan media massa dan
susunan isu-isu yang dianggap penting di masyarakat, sehingga bisa diukur
secara kuantitatif. Namun dalam perkembangannya, agenda setting digabung dan
dilengkapi dengan studi kualitatif, baik sebagai pelengkap studi awal, analisis
prosesnya maupun efek lanjutan.
Stephen W. Littlejohn & Karen Foss
(2005:280) mengutip Rogers & Dearing mengatakan bahwa fungsi agenda setting
merupakan proses linear yang terdiri dari tiga bagian.
1.
Agenda media itu sendiri harus disusun oleh awak media.
2.
Agenda media dalam beberapa hal memengaruhi dan berinteraksi dengan agenda
publik atau naluri publik terhadap pentingnya isu, yang nantinya mempengaruhi
agenda kebijakan.
3.
Agenda kebijakan publik (policy)
adalah apa yang dipikirkan para pembuat kebijakan publik dan privat penting
atau pembuatan kebijakan publik yang dianggap penting oleh publik.
Werner Severin & James W. Tankard
dalam buku Communication Theories, Origins, Methods, Uses in the Mass Media
(2005) menyampaikan dimensi-dimensi tiga agenda diatas, yaitu:
1. Agenda Media
a. Visibilitas
(visibility), yaitu jumlah dan
tingkat menonjolnya berita.
b. Tingkat
menonjol bagi khalayak (audiende salience),
yakni relevansi isi berita dengan kebutuhan khalayak.
c. Valensi
(valence), yakni menyenangkan atau
tidak menyenangkan cara pemberitaan bagi suatu pristiwa.
Mengukur
Agenda Media, variabel media massa diukur melalui analisis isi kuantitatif.
Analisis ini untuk menentukan rangking berita berdasarkan panjangnya (waktu dan ruang), penonjolan tema berita
(ukuran headline, penempatan dan
frekuensinya), konflik (cara
penyajiannya).
2. Agenda Publik
a. Keakraban
(familiarity), yakni derajat
kesadaran khalayak akan topic tertentu.
b. Penonjolan
pribadi (personal salience), yakni
relevansi kepentingan individu dengan cirri pribadi
c. Kesenangan
(favorability), yakni pertimbangan
senang atau tidak senang akan topic berita.
Variable agenda publik dapat diukur
melalui beberapa cara:
·
Dengan meminta self-report khalayak
tentang topic-topik apa yang dianggap penting oleh responden baik itu
berdasarkan komunikasi intrapersonal atau berdasarkan komunikasi interpersonal
responden.
·
Responden diminta mengisi isu-isu apa
yang penting kedlam daftar isu-isu (topic-topik) yang disediakan peneliti.
·
Variasi dari kedua teknik diatas.
Responden diberikan daftar topic yang diseleksi peneliti dan responden dimintai
membuat urutan ranking mengenai penting tidaknya isu menurut persepsi
responden.
·
Paired-comparisson (berpasangan-perbandingan). Setiap isu yang diseleksi sebelumnya
dipasangkan dengan setiap isu yang lain dan responden diminta mengenal setiap
pasang dan mengidentifikasi isu mana yang lebih penting.
·
Sedangkan variable antara dan efek lanjutan
ini adalah variable yang berpotensi mempengaruhi agenda publik.
Dari perspektif agenda publik adalah sebagai
berikut: faktor perbedaan individual; faktor perbedaan media; faktor perbedaan
isu; faktor perbedaan salience; faktor perbedaan kultural.
1. Perbedaan individual, pengaruh agenda setting akan meningkat pada
diri individu yang memberikan perhatian lebih terhadap isu-isu yang disajikan
oleh media massa. Bukti-bukti empirik menunjukkan bahwa perhatian individu
terhadap isi media dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, luas pengalaman,
kepentingan, perbedaan ciri demografis, sosiologis.
Bukti-bukti eksperimental (Iynenger &
Kinder, dalam Haryanto:2003) menunjukkan bahwa efek agenda setting akan
meningkat pada individu-individu yang memberikan perhatian lebih terhadap
isu-isu yang dikaji, sedangkan intensitas perhatian sangat dipengaruhi oleh
tingkat pendidikan dan derajat kepentingannya.
2. Perbedaan media, yang dimaksudkan disini adalah perbedaan
coverage media yang ada pada komunitas, kelompok masyarakat, wilayah atau
negara tertentu. Diyakini bahwa sekalipun ada kecenderungan uniformitas dalam
menyiarkan berita (isu), namun beberapa media tertentu memberikan tekanan dan
porsi yang berbeda dalam menyiarkan berita. Framing dan priming merupakan salah
satu bukti akan hal ini. Tekanan dan porsi yang berbeda berpengaruh terhadap
aseptibilitas agenda media di kalangan audiens. Ini berarti bahwa
media yang lebih diterima oleh audiens akan mempunyai efek agenda setting yang
lebih besar.
Penerimaan audiens terhadap media merupakan
salah satu faktor yang bisa meningkatkan prestige media tersebut di kalangan
audiens yang bersangkutan. Berkaitan dengan masalah ini, diasumsikan bahwa bila
media mampu mengangkat prestige audiens maka efek agenda setting akan meningkat.
Hal lain yang bisa mengangkat prestige media di kalangan audience adalah
sirkulasi (nasional, internasional), segemen pasar (kelas menengah, atas,
eksekutif).
3. Perbedaan isu, dilihat dari isinya, isu bisa berupa
pengungkapan masalah yang sedang dihadapi oleh individu, kelompok, atau
masyarakat, isu juga bisa berupa usulan solusi untuk memecahkan masalah.
Masing-masing jenis isu mempunyai efek yang berbeda dalam proses agenda
setting. Oleh karena itu, seharusnya diberikan pertimbangan khusus dalam penelitian
agenda setting. Sedangkan dilihat dari jenisnya, isu bisa dibedakan sebagai
berikut:
- Obtrusive issues adalah isu-isu yang berkaitan langsung dengan pengetahuan dan pengalaman individu atau khlayak. Artinya, bahwa pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh khalayak tentang isu yang bersangkuatan bukan berasal dari media, akan tetapi sudah dimiliki sebelumnya. Sebaliknya, unobstrusive issues adalah isu-isu yang tidak berkaitan langsung dengan pengetahuan/pengalaman audiens. Bukti empirik menunjukkan bahwa efek agenda setting lebih besar ditemukan pada individu-individu yang mempunyai keterlibatan langsung dengan isu yang disiarkan.
- Selective issues adalah isu-isu atau sejumlah isu yang dipilih secara khusus, dengan alasan tertentu kemudian diukur pengaruhnya pada khalayak tertentu. Pemilihan isu(sejumlah isu) bisa dilakuakan dengan melakukan analisa terhadap isi media massa, kemudian memilih sejumlah diantaranya yang dianggap lebih menonjol dibandingkan yang lain, atau bisa juga dengan cara mengambil topik-topik yang sedang menjadi pembicaraan hangat di kalangan masyarakat.
- Remote issues adalah isu-isu yang sama sekali di luar individu, kelompok, atau masyarakat, baik secara geografis, psikologis, maupun politis. Bukti-bukti yang dikumpulkan untuk mengevaluasi pengaruh agenda setting berkaitan dengan remote issues masih bersifat debatable. Artinya, beberapa temuan menyebutkan bahwa remote issues mempunyai efek agenda setting lebih besar. Tetapi pada saat yang hampir bersamaan, temuan yang lain menyebutkan bahwa remote issues tidak memunyai efek sama sekali.
4. Perbedaan salience, yaitu pemilihan isu berdasarkan perbedaan
nilai kepentingan, dilihat dari sisi khalayak; apakah isu yang dipilih untuk
menjangkau kepentingan sosial (komunitas yang lebih luas), kepentingan
interpersonal (keluarga teman bergaul, tempat kerja, dsb.) ataukah kepentingan
individu. Masing-masing pilihan, tentu saja, akan menimbulkan efek agenda
setting yang berbeda. Oleh karena itu sangatlah bijaksana mempertimbangkan
masalah ini dalam studi agenda setting.
5. Perbedaan kultural, setiap kelompok masyarakat akan menanggapi
dan merespon isu yang sama secara berbeda, yang secara otomatis akan
mempengaruhi efek agenda setting yang ditimbulkan. Teori norma budaya yang
dikembangkan de Fleur (dalam Haryanto, 2003) menyebutkan bahwa pesan-pesan
komunikasi yang disampaikan oleh media massa bisa menimbulkan kesan-kesan
tertentu, yang oleh individu disesuaikan dengan norma-norma budaya yang berlaku
pada masyarakat dimana individu itu tinggal. Sekalipun dipercaya bahwa media
mampu membentuk dan merubah norma baru sebagai acuan hidup bagi kelompok
masyarakat tertentu, namun bukti-bukti yang ditemukan belum sepenuhnya
mendukung hipotesa tersebut. Bukti-bukti empirik yang paling kuat adalah media
massa lebih mudah memperkokoh sistem budaya yang sudah berakar dalam kehidupan
masyarakat. Oleh karena itu, pengukuran efek agenda setting seharusnya
mempertimbangkan dengan hati-hati sistem budaya yang dianut oleh individu,
kelompok atau masyarakat.
3. Agenda Kebijakan
a. Dukungan
(support), yakni kegiatan
menyenangkan bagi posisi suatu berita tertentu.
b. Kemungkinan
kerugian (likehood of action), yakni
kemungkinan pemerintah melaksanakan apa yang diibaratkan.
c. Kebebasan
bertindak (freedom of action), yakni
nilai kegiatan yang mungkin dilakukan pemerintah.
Beberapa contoh rumusan permasalahan
berdasarkan model Agenda Setting, antara lain:
·
Apakah agenda media mempengaruhi agenda
publik?
·
Apakah ada hubungan antara tingkat
pendidikan dengan apa yang dianggap penting oleh khalayak terhadap isu-isu
politik?
·
Bagaimana pengaruh kredibilitas media
terhadap anggota publik?
·
Apakah ada hubungan antara agenda media
dengan agenda politik terhadap pilihan pemilih pada pemilu?
·
Dan lainnya.
Contoh
proses riset agenda setting :
Judul : Pengaruh Pemberitaan kompas terhadap pembacanya
Judul : Pengaruh Pemberitaan kompas terhadap pembacanya
Langkah-langkah
risetnya adalah sebagai berikut :
1. Menentukan permasalahan : ”Apakah Agenda Media memengaruhi Agenda publik?”
1. Menentukan permasalahan : ”Apakah Agenda Media memengaruhi Agenda publik?”
2.
Menetukan Kerangka pemikiran (kerangka teori), menjawab permasalahan secara
teoretis, outputnya adalah hipotesis teoritis,
Hipotesis
Teoretis
Agenda Media
memengaruhi Agenda publik
Definisi konseptual :
Agenda media : Isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media
Agenda publik : Isu-isu yang di nilai publik sebagai isu-isu yang penting
Definisi konseptual :
Agenda media : Isu-isu yang memperoleh penonjolan dalam media
Agenda publik : Isu-isu yang di nilai publik sebagai isu-isu yang penting
Issue
: Isu adalah kategori dalam isi
media,baik komulasi dari berita-berita yang di muat secara berseri atau berita
tunggal yang di muat mengenai peristiwa tertentu dimana mencakup
konflik,prokontra publik atau sebuah
situasi yang di anggap sebagai masalah oleh kelompok tertentu.
3.
Menentukan metodologi,unit populasi,sampel,dan metodologi pengukuran
Definisi operasional :
Agenda Media : Rangking isu-isu yang di beritakan di kompas berdasarkan frekuensi pemberitaan mengenai isu-isu tersebut.
Agenda publik : Rangking isu-isu yang dinilai penting oleh publik,berdasarkan presentase individu yang menyatakan bahwa isu-isu tersebut penting.
Definisi operasional :
Agenda Media : Rangking isu-isu yang di beritakan di kompas berdasarkan frekuensi pemberitaan mengenai isu-isu tersebut.
Agenda publik : Rangking isu-isu yang dinilai penting oleh publik,berdasarkan presentase individu yang menyatakan bahwa isu-isu tersebut penting.
4.
Merumuskan Hipotesis Riset :
“Semakin tinggi rangking suatu isu dalam pemberitaan kompas,semakin tinggi pula rangking isu yang bersangkutan dalam penilaian khalayak,sebaliknya semakin rendah rangking suatu isu dalam pemberitaan Kompas,Semakin rendah pula rangking isu yang bersangkutan dalam penilaian khlayak”.
“Semakin tinggi rangking suatu isu dalam pemberitaan kompas,semakin tinggi pula rangking isu yang bersangkutan dalam penilaian khalayak,sebaliknya semakin rendah rangking suatu isu dalam pemberitaan Kompas,Semakin rendah pula rangking isu yang bersangkutan dalam penilaian khlayak”.
5.
Menentukan Metode pengumpulan Data :
Karena ada dua riset,yaitu analisi isi dan survei,maka terdapat pula dua metode pengumpulan data yang harus di lakukan yaitu dokumentasi(untuk mengukur agenda media ) dan survei khalayak kursioner (survei khalayak).
Karena ada dua riset,yaitu analisi isi dan survei,maka terdapat pula dua metode pengumpulan data yang harus di lakukan yaitu dokumentasi(untuk mengukur agenda media ) dan survei khalayak kursioner (survei khalayak).
6.
Menetukan metode Analisis :
Jelas riset ini menggunakan metode eksplantif,karena menjelaskan hubungan antaran minimal dua variabel
Jelas riset ini menggunakan metode eksplantif,karena menjelaskan hubungan antaran minimal dua variabel
KESIMPULAN
Konsep
mengenai agenda setting menjadi semakin kompleks. Studi agenda setting bukan
hanya menguji hubungan antara agenda media dan agenda publik, akan tetapi
mencakup bagaimana faktor-faktor eksternal mempengaruhi pemberitaan media, dan
bagaimana faktor-faktor sosio-kultural mempengaruhi individu dalam
memperhatikan, merespon, dan memahami isi pesan media massa.
DAFTAR
PUSTAKA
Krisyantono,
Rachmat, 2006, Tekhnik Praktis Riset
Komunikasi, : Kencana Prenada Media Group
Jalaluddin Rakhmat,
1994, PsikologiKomunikasi, Bandung: RemajaRosdakarya
Nurudin,
2003, Komunikasi Massa, Malang: CESPUR.
Denis McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa,
Jakarta: Erlangga